Tentang Aku
Di Negeri aku mengaku berbangsa, harga idealisme tak ubahnya manusia terpinggirkan. Entah dia itu disamakan dengan pengemis, pengamen, tukang pulung, gembel, lebih tinggi setingkat; tukang asongan di prapatan lampu merah.
Seorang bule yang kuanggap sebagai guru menulisku berkata; “Seorang penulis pemula haruslah berlatih dengan menulis 10 menit tanpa berhenti.” – Artinya, ketika akan menuliskan ide yang muncul di benak, kita harus menulis sesuai apa yang terbersit di pikiran. Karena tak jarang, seorang penulis jadi stagnan ketika tidak tahu lagi apa yang hendak ditulis, atau dari mana lagi dia akan memulai. Dan, ini aku praktekkan ketika pertama membuat keputusan akan memilih profesi sebagai penulis, atau juga jurnalis. Hasilnya, dalam menulis 10 menit tanpa berhenti itu, banyak ide-ide baru yang muncul, yang akhirnya bisa aku bilah-bilah menjadi satu keutuhan cerita baru.
Ketika aku sempat kuliah di STP (Sekolah Tinggi Publisistik) sekarang bernama IISIP; aku sangat terkesan dengan “doktrin” seorang dosen kami waktu itu; “Tulislah apa yang kau dengar, apa yang kau lihat, dan apa yang kau rasakan.” – Aku amini ujaran ini ke dalam diriku dan mendapatkan banyak keinginan untuk menulis segalanya. Entah kenapa aku tidak mau terus kuliah waktu itu. Setahu ingatan aku sih, karena waktu itu sudah terbius honor [kecil] dari cerpen dan novelet yang dimuat di koran dan majalah. Belom lagi keinginan yang tinggi untuk berkarya di dunia film.
Aku mungkin terlalu idealis, walau sekarang rada berkurang karena kebutuhan anak dan istri, sehingga kesempatan yang datang sering kuabaikan. Pernah salah satu PH [Production House] memberi aku kontrak eksklusif untuk puluhan episode sinetron. Kontrak telah dibuat. Tapi, baru berjalan satu episode, aku sudah rewel karena tak ingin terlalu diintervensi. Soal intervensi untuk kebaikan karya, aku mungkin masih bisa toleran. Nyatanya sang produser itu menyuruh aku menulis ulang ke dalam bahasa Indonesia skenario yang didatangkan dari kampungnya si Shahrul Khan. “Ya, tak maulah aku…!” – Akhirnya aku gak dikasih kerjaan, walau sih udah sempat dapat DP puluhan juta. “Bo’do amat,” pikirku gak mau pusing.
Sejak berpikir untuk kecimpung ke dunia tulis menulis [semasa SMA puisi-puisi dan beberapa cerpen sudah dimuat di koran], aku membuat janji dengan diri sendiri agar selalu jujur dalam berkarya. Tidak akan menjiplak, atau jadi seorang plagiator. Seseorang yang tidak jujur dalam berkarya, lumbungnya pasti digerogoti tikus-tikus, dan tidak akan pernah mencapai ketinggian yang menjadi acuan orang lain. Setahu aku, karya tulis seseorang harus bisa memberi pencerahan pada orang lain. Entahlah dengan cara pandang penulis-penulis lainnya. Seorang seniman tulis harus menggenggam erat kejujuran…
Itulah sebagian idealisme yang mungkin menurut sebagian orang, aku ini “tolol”. – Tapi lagi-lagi; Bo’do amat! Suka suka akulah…
21 responses to “Tentang Aku”
hanna
Januari 30th, 2008 pukul 15:52
Wah, kita ada sedikit kemiripan. Sering mencap diri sendiri tolol.
Blognya bagus banget.
Tentang menulis, aku tak tahu apa-apa. Hanya tahu tiba-tiba ingin menulis saja. Apa yang kutulis? ya, apa yang aku rasakan, apa yang pernah aku lihat dan apa yang membuat aku memberontak. Aku tidak mengerti teori maupun tata bahasa. Meskipun menurutku, perlu juga lho aku belajar untuk itu.
Aku bukan dari kaum intelek. Di keluargaku tak ada yang hoby menulis ataupun membaca. Ya, mungkin aku makhluk aneh yang dihadiahkan Tuhan untuk orangtuaku.
TAPPANG: Hehehehe… Tolol boleh asal jangan ditolol-tololi orang. Thanks, ya udah mampir ke blog aku. Menurutku, Hana sudah benar; menulis apa yang dirasakan, dilihat, dan menjadi keprihatinanmu. Seorang penulis harus memiliki rasa keprihatinan. Dengan begitu tulisannya akan lebih bernas… Walau Hana merasa “mahluk aneh” di keluarga, tapi begitulah Tuhan memberi warna pada setiap Ciptan-Nya. Itulah hidup yang harus manusia jalankan. Bersyukurlah kalau Tuhan udah kasih talenta yang bagus buat Hana…
EMBUN
Februari 1st, 2008 pukul 09:04
Horas, salam kenal, salam berbagi. kubaca-baca dulu ya bos, agar aku ngerti. kan lucu jika tiba-tiba aku ngomong ini itu, tapi lari dari substansi. hehe. tapi yang jelas, aku suka dunia ini.
TAPPANG: Horas dan salam kenal juga, bos… Thanks, udah mau nongkrong sejenak di blog ecek-ecek ini. Silahkan bos berwarawiri. Semoga betah…
Mual
Februari 6th, 2008 pukul 13:06
horassssss…
TAPPANG: Horaaasss… juga!
IRWAN SIMATUPANG
April 25th, 2008 pukul 10:04
Ado….Lae….itulah persoalan kami pegawai prajurit ini, yang sudah dikerjakanpun sulit untuk ditulis, apalagi disuruh buat makalah, matilah aku pada hal micet tombol kyebord ini gatal juga tangan. jadi mumpung ada kesempatan 9 tahun lagi teruskan lae….pantang mundur, karena ide-ide lae akan kita teruskan ke generasi muda kita. Asa napuran tano-tono rangging masiranggongan, badanta padao-dao tondinta masigonggoman, hooooooooooras dan Syaloom.
TAPPANG
Mauliate laeku… Pir ma tondi ma togu… ai aha do tahe muse udut ni i. Tung mansai loak do ahu mar umpasa…
Stella Rajagukguk
Mei 9th, 2008 pukul 13:13
Halo Amang…
Salam kenal dari ahu si boru Rajagukguk, par Sidikalang.
Aku juga lagi belajar menulis, tapi susah kali puunnn…
“Apa yang kau dengar, apa yang kau lihat, dan apa yang kau rasakan”
–> Ini kayaknya tantangan terbesarnya. Soalnya bukan hanya apa yang kita PIKIRKAN ternyata ya, Amang.
🙂
TAPPANG:
Halo boru Rajagukguk… Salam kenal juga ito, ya.
Hehehehe… Tidak susahpun membuat satu tulisan. Asal kau terapkan seperti yang di atas. Jangan terlalu muluk dulu, karena segala sesuatu pasti berproses. Apa yang Stella lihat, rasakan, dan yang kau dengar… tulislah dulu. Dari situ nanti kamu akan mendapat ide-ide untuk kamu garap menjadi satu tulisan utuh. Dan satu lagi yang penting… Stella harus memiliki rasa keprihatinan. Kalo mau nanya sikit-sikit soal tulis menulis via email aja seperti yang tertulis di blog ini. – Oya, kamu orang Sidikalang, ya? Bereku ada di situ, kerja di PU… marga Sibagariang. Horas!
danalingga
Mei 17th, 2008 pukul 19:52
Horas bang!
Wah, sepertinya cara menulis 10 menit itu boleh juga saya coba.
TAPPANG:
Coba aja… Dijamin tokcer deh… 🙂
suhunan situmorang
Mei 28th, 2008 pukul 20:36
Orang-orang semacam lae Tappang Dolok inilah yang ingin lebih banyak kupunya sebagai sahabat di bumi yang kian kerontang ini. Seseorang yg kaya ide, pemberi semangat utk (terus dan mulai) berkarya pada orang lain; relijius tapi tak takluk pada ritual agama, menghargai perbedaan, menggilai humaniora, tak gila uang, tak doyan jabatan, berprinsip, bernurani, dan setiap saat siap membela hal-hal yg menurut akal sehat dan sanubarinya memang harus dibela. Sejak thn 80-an sudah giat menulis di media masa (terutama fiksi), namun tak lantas mengklaim dirinya sebagai ‘penulis’.
Ia jujur mengakui kelemahannya namun siap memuji karya orang lain; orangnya sederhana, hidupnya bersahaja, padahal bisa meraup uang banyak bila saja mau sedikit kompromi dengan pemilik-pemilik PH yang ketagihan mengumbar kisah-kisah yang bertabur airmata.
Oya, tak kusangka, ternyata ia teman lama istriku di suatu kumpulan pemuda gereja. Kini terbalik, akulah yg jadi sahabatnya 🙂
TAPPANG:
blep…blep…blep… *mogap* – help…! help…! *diharat naning gabe mirdong* – zzzziiizzzz…zzziiizzz… *pingsan tombu* – 😀 😀 😀 *nga rittik be* – 😦 *betcut ala marpikkir karas* – [khusus 4 mata. yang gak ngerti bahasa batak, sori ajalah]
Aduh, laeku inilah… Pas aku buka dan membaca komen lae ini, langsung pingsan au satongkin. Aku tidaklah sebaik yang lae katakan itu. Suer. Aku masih suka munafik lae. Suka marah… ya, masih pardosalah…
hahahahaaa… lucu kan waktu pertama lae tahu mama Jogi itu teman lamaku? Maka benarlah kata-kata itu; “siapa yang tahu jalan-jalan Tuhan” – Bah, nga sahira pandita iba.
Salut dan terima kasih, lae udah berani me-nongol-kan diri di blog ecek-ecek ini. Gbu.
lidyahutagaol
Juni 4th, 2008 pukul 22:11
hai tulang!
datang aku kan 🙂
wah, tulisannya uda banyak banget.
kubaca satu2 dulu ya lang.
sekalian izin nge’link’in di blogku lah ya 🙂
mauliate
TAPPANG:
Horas lah, bere… Nga ro be tutu ho tu jabu ni Tulang mon. Pahundul bere ma, asa jolo ditangkup nantulangmu manuk i asa adong lompan ta. 🙂 [Betullah kau sudah datang ke rumah Tulang. Ayo, duduklah dulu, biar nantulangmu nangkap ayam itu untuk jadi lauk kita] 😀
Tulang masuk ke blogmu… Karena blogspot, susah kalipun Tulang mau kasih komentar… masih gatek kok tulang kau ini… Lagi pulak dari kantor, blogspot baru bisa diakses diluar jam kerja… Tulang pun mau nge-link blogmu, ya… Gbu.
lidyahutagaol
Juni 5th, 2008 pukul 11:01
halah,,, tabo nai manuk i.
hah?masa sih susah. kalo mau kasih comment tinggal click ke comment yg sebelumnya aja kok.
bah, ngeri kali kantor tulang itu 🙂
hu paitte da lang.
TAPPANG:
Toe ma… Urupi majo nantulangmi pahembang lage i, asa mangan hita. 😀
Iya, Tulang akan coba lagi deh…
lidyahutagaol
Juni 9th, 2008 pukul 19:23
huahahahah!!!!
jangan pusinglah tulang,,,
tinggal click comments, tungguin sampe keluar new window (kecil),
isi deh disitu,,,
dicoba lagi ya tulang.
klo gak bisa juga, ntar turun tangan pun anak mudanya 🙂
TAPPANG:
Udah tulang coba pun itu, tapi gak ngerti juga… terlalu banyak yang mo diisi sih… Hmmm… 😎
lidyahutagaol
Juni 11th, 2008 pukul 13:13
mauliate ma tulang, nga boi ahu panjumpang dohot bou’ku (eva hutagaol) sian blog ni tulang on.
muse, selamat ma tu tulang, nga boi manadinghon jejak di bloghu 🙂
selamat yaaa
TAPPANG
Syukurlah… Nanti tulang masuk ke blogmu lagi dan nginjak-injak agar jejakku makin banyak 😀
Charlie M. Sianipar
Juni 15th, 2008 pukul 00:15
Marsiajar manulis nama ahu dison.
Nunga adong tips di ginjang …
Salelengon mamotret do binoto 🙂
TAPPANG:
😀 Horas lae… Pasonang lae ma disi. Surati ma aha do na tardorong ni roha dohot pingkiran. Ahu pe naeng marsiajar mamotret majo tu lae… 🙂 – Sehat selalu. Gbu.
Prikit
Juni 20th, 2008 pukul 15:36
😀 Cuma mau pengin narsis diri dengan launching blog baruku – Pada datang, ya…. Entar disuguhi pemikiran-pemikiranku kok tentang keprihatinan akan fenomena di negeri tercinta ini. Aku ada di : hhtp://prihatinkita.wordpress.com
Thanks and sorry, udah numpang iklan narsis diri di sini… 🙂
TAPPANG:
Iyalah pulak… Tak ngerti pun, kenapa avatar lo kagak nongol? Udah pusing klik sana klik sini, tetap aja dodol hasilnya… Ya, kuiklankan pun narsis diriku ini di sini.
lidya hutagaol
Juni 27th, 2008 pukul 01:16
tulang, tolongin aku dong jawab2 bbrp pertanyaan.
liat di blogku ya 🙂
gud luck
mauliate
TAPPANG
Bah… acinya bertanya di blog? Penting kali rupanya, ya? Iyalah, tulang akan meluncur ke blogmu, walau bisanya cuma jam-jam tertentu 😀
rere
Juni 27th, 2008 pukul 02:08
Wah baru tahu blog ini dari adikku Lidya…
Mantab tulang… terus berkarya, menilik ceritanya diatas memang orang batak begitu ha ha ha…. kadang aku bertanya kepada diriku… apakah cukup realistis dan kompromi dengan “dunia” ini..???
Budaya kerja bangsa Indonesia yang sangat feodal memang kurang cocok dengan budaya batak yang anti feodalisme dari zaman dahulu dengan dalihan na tolu nya… pada satu sisi dikau sebagai raja disisi lain sebagai parhobas… ha ha ha…
ini lah budaya kita yang unik itu…… jangan pernah menyesal
Salam dari Africa
TAPPANG:
Horas bere… Baik-baiknya kau kan di kampungnya si Nelson Mandela itu. Yang selalu coba saya usahakan dalam hidup ini; berbijak dirilah dalam segala hal. Salam dari Jakarta… 🙂
glorialimbong
Juli 7th, 2008 pukul 16:50
Horas Tulang..
Akhirnya tau dikit tentang tulang.
Tapi mantab juga bah tulang ini.
bisa bertahan melawan godaan berat seperti itu.
Tulisan tulang juga bagus2..
Tetap berkarya di jalan yang benar yah tulang.
Semoga kami generasi muda ini juga tetap memiliki prinsip2 yang baik dan benar di dalam diri kami sehingga kami gak mudah di ombang ambingkan oleh godaan duniawi ini..
Terus terang aku juga pengen suatu hari berkarya dalam tulisan. Tapi ntah kenapa aku blm berani bertindak. Ntah sampai kapan keberanian itu bertumbuh dan aku bisa menghasilkan sebuah karya.
Atau jangan2 aku akan tetap jadi penikmat tulisan dan karya orang lain..??
Tapi setidaknya sekarang aku sudah berani membuat blog pribadi.. 😀
TAPPANG:
Bah, nga robe ho bere… Horas ma. Pahundul bere ma, asa diseat nantulangmu anak ni hoda i… 😀 – Iyalah… Kadang godaan itu cukup berat kita hadapi. Namun tetap berpulang pada diri sendiri. Menyikapi kehidupan ini sewajarnya kita lebih berusaha untuk selalu bijak. GBU.
RI Tool
Juli 23rd, 2008 pukul 22:21
Horas ! Ai na Doloksaribu do hamu tahe ?
Selamat berkarya ma abang !
TAPPANG:
Horas adik… Ahu marga Hutabarat do… Selamat berkarya juga untukmu.
Lidya 'hh' Hutagaol
September 23rd, 2008 pukul 14:41
hai tulang,
lama gk ‘bercakap-cakap’ nih kita 🙂
gimana kabar di sana tulang?
^_^
TAPPANG:
Iya tuh… Tulang pikir kamu sibuk sekali… dan, tulang pun lagi sibuk2 so martontu… Mungkin libur lebaran ini bisa merancang acara makan2 kale yee ama si Desy… 😀
estonhasiant
November 19th, 2008 pukul 13:58
Horas Lae Hutabarat, blog yang bagus !
TAPPANG:
Horas juga lae… Blog lae juga menarik. Aku baru bisa ngintip dikit. Tapi, dari judul-judulnya, aku yakin kalo aku bisa dapat sesuatu dari blog lae. Selamat nge-blog lae… Marga aha do tahe? 🙂
estonhasiant
November 25th, 2008 pukul 15:15
Makanya jangan cuma di intip Lae, jelas koq disana identitas..Sianturi Lae.
TAPPANG:
Ima da lae… Rope ahu muse marsise… 🙂
rhenne
Oktober 11th, 2009 pukul 19:24
sory ya…………………
baru tao klu ada kumpulan tongkrongan anak tarutung..he………99,99x
swalam kenal ya semua nya?????
nama Q rhenne br.pandiangan….
gk papakan klo q gabung ma kaliam…………
TAPPANG:
salam kenal juga…